Senin, 12 Desember 2011

TAFSIR SUNDA Raudhatu Al-‘Irfan Fii Ma’rifati Al-Qur’an Karya K.H. Ahmad Sanusi bin H. Abdurrahim


TAFSIR SUNDA
Raudhatu Al-‘Irfan Fii Ma’rifati Al-Qur’an
Karya K.H. Ahmad Sanusi bin H. Abdurrahim
Oleh: Yus Yusuf ZT dan Hanun Rusdianto

A.  PENDAHULUAN
Membicarakan karya tafsir di Indonesia, kerap berangkat dari corak penafsiran yang terkandung di dalamnya. Ini berkaitan dengan cara penyampaian dan klasifikasi materi yang bermuara pada sejauhmana karya tafsir mudah dipahami oleh para peminatnya. Begitu juga, bagaimana kelebihan satu karya tafsir dengan yang lainnya. Hanya saja, biasa dibatasi dengan karya tafsir yang berbahasa Arab dan atau Indonesia. Kita jarang menemukan telaah kritis atas karya tafsir yang menggunakan bahasa daerah tertentu. Studi tersebut sangat penting untuk melihat sejauhmana efek intelektual karya tafsir dengan kondisi sosial-budaya yang mengitarinya.
Oleh karena itu, maka kami akan membahas salah satu tafsir yang berbahasa daerah. Tetapi disini kami mengkhususkannya pada tafsir yang menggunakan bahasa sunda. Maka dalam kajian sekarang ini, kami mencoba mengangkat dan berusaha semaksimal mungkin untuk menjelaskan tafsir yang dikarang oleh K.H Ahmad Sanusi yang berjudul “Raudhatu Al-‘Irfan fii Ma’rifati Al-Qur’an”.

B.  PEMBAHASAN
1.  Tentang Penulis Tafsir
a.      Biografi Pengarang
KH. Ahmad Sanusi, orang sunda memanggilnya dengan sebutan Ajengan Sanusi, Ajengan Cantayan, atau Ajengan Genteng. Beliau adalah seorang ulama berpengaruh abad 20 di tanah parahiayangan. Beliau dilahirkan pada 18 September 1989M/ 3 Muharram 1306, di Cantayan sebuah desa di Cibadak, Sukabumi sekitar 20 km arah Barat kota Sukabumi. Akibat timbulnya pertentangan dengan pemerintah Belanda, Haji Yasin Sebagai keturunan Suria Dadaha Dalem Sawidak Sukapura Tasikmalaya -ayah Haji Abdurrahim dan kakeknya Ahmad Sanusi -pindah ke Sukabumi dan mendirikan pesantren sambil menjadi amil di desa cantayan Sukabumi.
b.      Pendidikan
Adapun pendidikan yang beliau lewati, kami belum bisa melacak lebih jauh, tetapi ada sumber yang menyatakan beliau meniti tangga keilmuan di tanah suci selama hampir sebelas tahun.
c.       Karya-karyanya
Menurut sumber dari internet bahwa karya beliau ada 125 buah mulai dari bidang keagamaan, sosial dll, tetapi kami belum bisa menyebutkan satu-persatu darinya, tetapi karya beliau yang paling masyhur adalah“Raudhatu Al-‘Irfan fii Ma’rifati Al-Qur’an”.
d.      Karir dan pengabdiannya dalam kehidupan pendidikan dan Islam
Uci –panggilan untuk KH. Ahmad Sanusi—sebagai representasi dari keturunan kiai yang melanjutkan estafet dakwahnya. Dalam pribahasa sunda kita mengenalnya dengan ungkapan "anak merak kukuncungan uyah tara tees ka luhur”. Ucipun meniti tangga keilmuan di tanah suci selama hampir sebelas tahun. Kemudian terlibat langsung dalam gerakan Islam sampai menjabat terakhir sebagai Shu Sangi Kai dan Wakil Residen semasa pendudukan Jepang di tanah air.
Selepas itu, beliau lebih banyak terlibat dalam dunia pendidikan dan menulis buku sebanyak 125 buah yang meliputi berbagai bidang agama, yang ditulis baik dalam bahasa sunda maupun bahasa Indonesia. Sosok ulama sunda ini dipenuhi aktifitas sosial keagamaan plus mewariskan karya yang sangat berharga dan bisa dibanggakan oleh orang Sunda. Bahkan beliau pula yang mendirikan organisasi al-ittihadiah al-islamiah yang sekarang dikenal dengan persatuan Umat Islam (PUI).

2.  Tentang Penerbitan Tafsir
a.      Tahun pertama kali terbit
Tahun pertama kali terbit pada tahun 1912 M.

b.      Nama Penerbit pertama kali dicetak
Diterbitkan oleh Yayasan Asrama Pesantren Kuningan Puyuh Sukabumi.
c.       Jumlah jilid
Dalam penyusunan kutab tafsirnya, ia membaginya ke dalam dua jilid, jilid pertama berisi juz 1-15 dan jilid kedua berisi juz 16-30.
d.      Ukuran buku
Ukuran buku ini adalah panjang: 31cm, lebar: 20cm dan tebal: 2,5cm.
3.  Tentang Penulisan Tafsir
a.      Asal usul penulisan
Asal-usul dari penulisannya adalah dikarenakan kurangnya rujukan tafsir sunda bagi para santri beliau dan para jama’ah pengajian masjid.
b.      Tujuan penulisan
Adapun dari tujuan penulisannya adalah ingin menyampaikan maksud atau isi dari Al-Qur’an dikarang kepada masyarakat dan untuk menjadikan kitab tafsirnya sebagai rujukan atau refrensi bagi para pencari ilmu (khususnya santri dan masyarakat Sunda).
c.       Bahasa dan Aksara yang digunakan
Dalam bahasa dan aksara yang digunakan adalah bahasa Sunda tetapi menggunakan aksara Arab melayu..
4.  Teknis Penulisan Tafsir
a.      Model penyusunan penulisan tafsir dan Model peletakan penulisan terjemah teks Al-Qur’an
Dalam penyusunan kutab tafsirnya, ia membaginya ke dalam dua jilid, jilid pertama berisi juz 1-15 dan jilid kedua berisi juz 16-30. Dengan mempergunakan tulisan Arab dan bacaan Sunda, ditambah keterangan di samping kiri dan kanan setiap lembarnya sebagai penjelasan tiap-tiap ayat yang telah diterjemahkan. Model penyuguhan tersebut, bukan saja membedakannya dari tafsir yang biasa digunakan di pesantren dan atau masyarakat Sunda umumnya, melainkan berpengaruh banyak pada daya serap para peserta pengajian. Tulisan ayat yang langsung dilengkapi terjemahan di bawahnya dengan tulisan miring akan membuat pembaca langsung bisa mengingat arti tiap ayat. Kemudian, bisa melihat kesimpulan yang tertera pada sebelah kiri dan kanan setiap lembarnya. Keterangan yang ada di bagian kiri-kanan di setiap lembarnya, berisi kesimpulan dari ayat yang tertulis di sebelahnya dan penjelasan tentang waktu turunnya ayat (asbâb an-nuzûl), jumlah ayat, serta huruf-hurufnya. Kemudian, disisipi dengan masalah tauhid yang cenderung beraliran ‘Asy’ari dan masalah fikih yang mengikuti madzhab Syafi’i. Kedua madzhab dalam Islam itu memang dianut oleh kebanyakan masyarakat muslim di wilayah Jawa Barat. Dari sini terlihat bagaimana KH. Ahmad Sanusi mempunyai strategi tersendiri dalam menyuguhkan ayat-ayat teologi dan hukum yang erat kaitannya dengan paham masyarakat pada umumnya.
Pengertian perkata yang ada dalam tafsir ini nampaknya diilhami oleh Tafsîr Jalâlain Karya Jalâluddîn al-Suyûthî dan Jalâluddîn al-Mahallî yang banyak dipergunakan di lingkungan pesantren Jawa. Ini terlihat dari awal penafsiran surat al-Fâtihah sampai surat-surat yang sesudahnya. Model Tafsîr Mufradât (tafsiran kata perkata) yang melekat pada tafsir al-Jalâlain telah berpengaruh banyak atas diri KH. Ahmad Sanusi ketika meracik tafsirannya untuk setiap kata dalam surat-surat al-Quran. Mungkin ini yang bisa dilakukan ketika tafsir yang dibuat sengaja diarahkan untuk dikonsumi oleh kebanyakan masyarakat muslim sunda yang belum terbentuk kesadarannya secara sempurna akan teks kitab suci. Pada kenyataanya, pengguna tafsir ini memang terpikat karena gaya penafsiran perkata itu.

b.      Model transliterasi (berdasarkan bacaan atau tulisan, misalnya)
Adapun dalam transliterasinya ia menggunakan bahasa Arab melayu yang disesuaikan dengan bahasa Sunda.





C.  TEMA-TEMA PENTING YANG DITAFSIRKAN
a.      Tentang huruf muqotho’ah
Dalam penafsiran terhadap ayat-ayat muqhotho’ah oleh KH. Ahmad Sanusi tidaklah bemuluk-muluk dan mengambil pendapat dari para mufasir lain. Akan tetapi ia hanya menafsirkan bahwa hanyalah Allah yang tahu maksud dari ayat itu.

b.      Keterciptaan manusia An-Nisa: 1
$pkšr'¯»tƒ â¨$¨Z9$# (#qà)®?$# ãNä3­/u Ï%©!$# /ä3s)n=s{ `ÏiB <§øÿ¯R ;oyÏnºur t,n=yzur $pk÷]ÏB $ygy_÷ry £]t/ur $uKåk÷]ÏB Zw%y`Í #ZŽÏWx. [ä!$|¡ÎSur 4 (#qà)¨?$#ur ©!$# Ï%©!$# tbqä9uä!$|¡s? ¾ÏmÎ/ tP%tnöF{$#ur 4 ¨bÎ) ©!$# tb%x. öNä3øn=tæ $Y6ŠÏ%u ÇÊÈ  
Artinya:  Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.
Penafsirannya: Bahwasannya manusia itu telah diciptakan Allah dari nafs (jasad) yang satu yaitu Adam lalu darinya diciptakan Hawa, maka dari keduanya menjadi banyak baik laki-laki maupun perempuan. Hal ini, agar kalian saling kabarayaan (silaturrahmi) dan taqwa kepada Allah.
Dari uraian diatas, kita dapat mengetahui bahwa asal diciptakan manusia itu dari tulang rusuk Adam. Tetapi pada dasawarsa sekarang ini, tafsiran seperti ini banyak dicemooh khususnya para tokoh gender dan feminis. Akan tetapi pula, kita tidak dapat menyalahkan penafsiran beliau karena pada waktu itu belum muncul isu-isu tentang gender.



Poligami An-Nisa: 3
÷bÎ)ur ÷LäêøÿÅz žwr& (#qäÜÅ¡ø)è? Îû 4uK»tGuø9$# (#qßsÅ3R$$sù $tB z>$sÛ Nä3s9 z`ÏiB Ïä!$|¡ÏiY9$# 4Óo_÷WtB y]»n=èOur yì»t/âur ( ÷bÎ*sù óOçFøÿÅz žwr& (#qä9Ï÷ès? ¸oyÏnºuqsù ÷rr& $tB ôMs3n=tB öNä3ãY»yJ÷ƒr& 4 y7Ï9ºsŒ #oT÷Šr& žwr& (#qä9qãès? ÇÌÈ    
Artinya: Dan jika kamu takut tidak akan dapat Berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), Maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi : dua, tiga atau empat. kemudian jika kamu takut tidak akan dapat Berlaku adil, Maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya.
Penafsirannya: Kita harus menyerahkan harta anak yatim, tidak boleh kurang, haram bagi kita memakan harta anak yatim, jika kalian punya anak perempuan  tiri yatim dan tidak bisa adil kepadanaya maka bisa dinikahi dua, satu, tiga dan empat tetapi seandainya tidak bisa adil maka cukup satu saja atau jariyah.
Menurut hemat kami, bahwa penafsir ingin menjelaskan dan memberikan hak-hak anak yatim secara baik. Dalam masalah poligami penafsir membolehkan akan berpoligami tetapi dengan batas 4 istri saja. Walaupun demikian, tetapi sebenarnya penafsir menganjurkan satu saja.

c.       Mas kawin An-Nisa: 4
(#qè?#uäur uä!$|¡ÏiY9$# £`ÍkÉJ»s%ß|¹ \'s#øtÏU 4 bÎ*sù tû÷ùÏÛ öNä3s9 `tã &äóÓx« çm÷ZÏiB $T¡øÿtR çnqè=ä3sù $\«ÿÏZyd $\«ÿƒÍ£D ÇÍÈ  

1 komentar:

  1. Asslamu'alaikum....kanag Yus Yusuf ZT dan Hanun Rusdianto ( untuk kitab Raudhatu Al-‘Irfan fii Ma’rifati Al-Qur’an ) sendiri sudah dipublikasikan belum...
    terimakasih.

    BalasHapus