Senin, 12 Desember 2011

TAFSIR SURAT AR-RA'DU AYAT 35 (Tentang Perumpamaan Surga)


TAFSIR SURAT AR-RA'DU AYAT 35
(Tentang  Perumpamaan Surga)
Oleh: Ysuf Taziri

PENDAHULUAN

Banyak ayat-ayat al-Qur,an yang bercerita tentang surga, dengan segala keindahannya. Seperti didalam surga itu terdapat buah-buahan yang sangat lezat, sungai-sungai yang mengalir dan lain-lain.
Tetapi dalam penangkapan ayat-ayat tentang surga itu, banyak sekali orang-orang yang hanya menyimpulkan surga itu menurut teks yang tertulis saja dan tidak meniliti lebih dalam teks tersebut dengan berbagai pendekatan-pendekatan yang ada; seperti: hermeneutik, antropologi, sosiologi, politik, budaya, sejarah dan berbagai pendekatan yang bisa membantu kita terhadap penafsiran kita agar lebih baik dan benar.
Oleh karena itu, maka kami ingin membahas tentang ayat yang membicarakan perumpamaan surga, salah satu dari ayat al-Qur'an yang berbicara tentang tema itu yaitu surat ar-Ra'du, ayat 35.

PEMBAHASAN
Surat ar-Ra,du, ayat: 35:

 @sW¨B Ïp¨Yyfø9$# ÓÉL©9$# yÏããr tbqà)­GßJø9$# ( ̍øgrB `ÏB $uhÏGøtrB ㍻pk÷XF{$# ( $ygè=à2é& ÒOͬ!#yŠ $yg=Ïßur 4 y7ù=Ï? Ót<ø)ãã šúïÏ%©!$# (#qs)¨?$# ( _q<ø)ãã¨r tûï͍Ïÿ»s3ø9$# â$¨Y9$# ÇÌÎÈ

Terjemahannya:
Perumpamaan syurga yang dijanjikan kepada orang-orang yang takwa ialah (seperti taman); mengalir sungai-sungai di dalamnya; buahnya tak henti-henti sedang naungannya (demikian pula). Itulah tempat kesudahan bagi orang-orang yang bertakwa, sedang tempat kesudahan bagi orang-orang kafir ialah neraka.



Penjelasan:
Dalam tafsir al-Wadhih, Muhammad Mahmud Hijazy mengungkapkan perumpamaan dari surga yang dijanjikan Allah SWT adalah bahwa Allah hanya ingin menggambarkan sesuatu yang gaib agar bisa dipahami dan dimengerti oleh khalayak atau manusia, atau bisa dikatakan untuk pemahaman, diterima oleh akal. Tetapi menurut beliau surga yang dijanjikan sebenarnya adalah sesuatu yang tidak dapat diketahui oleh orang dan hanya bisa diketahui setelah masuk kedalamnya, berbahagia dan bersenang-senag didalamnya.[1]
Adapun dalam beberapa buku tafsir lainnya[2]disebutkan bahwa surga yang dijanjikan Allah kepada orang yang bertaqwa adalah surga yang didalamnya terdapat sungai yang menaglir berasa susu dan tidak akan berubah sedikitpun dari rasanya, sangatlah lezat bagi yang meminumnya, dan dari sungai mengalir madu yang jernih, begitu pula dari berbagai buah-buahan.[3]Adapun balasan bagi orang-orang kafir adalah api nerka yang bahan bakarnya dari manusia dan bebatuan yang ditempati oleh para malaikat yang seram dan bringas.[4]
Abu al-Hasan Ali bin Muhammad dalam buku tafsirnya al-Mawardi mengatakan,[5] ada dua pendapat: pertama, perumpamaan dari surga itu sendiri.[6]Kedua, adalah tidak adanya perumpamaan.[7]
Tafsir Maraghi dalam penafsirannya pada ayat ini tidaklah jauh dari tafsir lainnya dan hampir sama dengan tafsir al-Wadhih,, akan tetapi didalamnya dituliskan beberapa sebab masuknya surga dan neraka. Seperti menjauhi kejahatan dan kemaksiatan, adapun contoh dari perbuatan yang menyebabakan seorang masuk neraka adalah minum minuman kerasm berzina dan lain-lain.[8]
Dari beberapa penjelasan tafsir diatas, maka menurut hemat penulis bahwa surga yang digambarkan Allah SWT dalam al-Qur'an bukanlah demikian tetapi itu hanyalah sebuah gambaran agar bisa dipahami dan diterima akal.
Alasan mengapa saya menyimpulkan demikian, karena seandainya surga itu hanya bersifat demikian, maka telah banyak orang-orang yang merasakan kenikmatannya, walaupun tidak selezat yang ada disurga. Dan kalau kita melihat tempat lahirnya ayat tersebut, kita akan bisa memahami, mengapa Allah menggambarkan surga demikian. Pertama, di Arab dahulu bahkan sekarang jarang terdapat kebun-kebun yang rindang lagi berbuah. Hal ini akan menarik perhatian dan merespon hasrat mereka agar bisa dekat dan masuk kepada islam. Kedua, Allah menjanjikan bidadari yang sangat cantik, karena menurut pendekatan psikologi dan melihat kondisi orang Arab, bahwa orang Arab suka memakan daging yang sangat banyak. Hal ini bisa menyebabkan dan meningkatnya keinginan untuk berhubungan badan, oleh karena itu Allah menggambarkannya seperti diatas.

PENUTUP
            Dari uraian diatas kita dapat menyimpulkan bahwa surga itu bisa dimaknai dengan secara kontekstual atau tekstual. Tetapi kami lebih condong kepada penafsiran dengan kontekstual dengan berbagai pendekatan-pendekatan yang bisa membantu seorang mufassir dalam pengambilan kesimpulan agar lebih baik dan tepat.

REFRENSI
Muhammad Mahmud Hijazy, Tafsir al-Wadhih Jilid III, Darul Jail, 1993
Abu al-Hasan Ali bin Muhammad bin Habib al-Mawardi al-Basri, An-Nukat wa al-Uyun Tafsir al-Mawardi Jilid III, Bairut, Lebanon, tt
Ahmad Musthafa, Tafsir al-Maraghi Jilid V, Darul Fikr, tt,





[1] Muhammad Mahmud Hijazy, Tafsir al-Wadhih Jilid III, Darul Jail, 1993, hal 237.
[2] Ada banyak buku tafsir yang menjelaskan tentang surga itu demikian dan demikian, seperti tafsir al-Qur'an al-'Adzim, al-Mawardi dan al-Ma,tsur.
[3] QS: Muhammad: 15
[4] Opcit, 238
[5] Abu al-Hasan Ali bin Muhammad bin Habib al-Mawardi al-Basri, An-Nukat wa al-Uyun Tafsir al-Mawardi Jilid III, Bairut, Lebanon, tt, hal 115
[6] Ali bin Isa
[7] Akramah
[8] Ahmad Musthafa, Tafsir al-Maraghi Jilid V, Darul Fikr, tt, hal 111

Tidak ada komentar:

Posting Komentar